Berita Banjar (Isikata) – Puluhan pelajar tingkat SMP dan SMK terlibat dalam aksi perusakan Kantor DPRD Kota Banjar. Menyikapi hal tersebut, Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) turun tangan dengan memberikan pendampingan psiko-sosial dan hukum guna memastikan masa depan para pelajar tetap terjaga.
Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinsos P3A, Yurniati, menyampaikan keprihatinannya atas keterlibatan anak di bawah umur dalam insiden tersebut. Ia menegaskan, pihaknya akan melakukan pendampingan psiko-sosial kepada para pelajar yang terlibat.
“Pendampingan secara psiko-sosial kita lakukan, dan nanti juga akan melibatkan guru-guru di sekolah sebagai konselor,” ujar Yurniati, Kamis 04 September 2025.
Menurutnya, pendampingan dilakukan dengan pendekatan humanis dan edukatif, melalui komunikasi, pemahaman hukum, serta melibatkan peran orang tua.
“Kita juga libatkan orang tua dan pihak sekolah agar bersama-sama menjaga anak-anak mereka. Sekolah pun diharapkan membuat program positif, misalnya melalui kegiatan ekstrakurikuler,” tambahnya.
Selain pendampingan psiko-sosial, Dinsos P3A juga akan memberikan bantuan hukum untuk memastikan hak-hak anak tetap terpenuhi.
“Besok kami akan berkoordinasi dengan Polres Banjar untuk memastikan jumlah anak yang terlibat sekaligus melakukan pendampingan hukumnya,” tegasnya.
Berdasarkan data sementara, puluhan pelajar diketahui terlibat dalam kerusuhan yang terjadi pada Sabtu, 30 Agustus 2025 lalu. Aksi anarkis tersebut diduga dipicu oleh kelompok motor yang menyusup ke tengah unjuk rasa mahasiswa di depan Mapolres Banjar.
Awalnya, aksi mahasiswa berlangsung tertib. Namun sekitar 50 meter dari lokasi, kelompok motor memprovokasi dengan membunyikan knalpot bising. Saat aparat gabungan mendekat, massa mahasiswa membubarkan diri, sementara kelompok motor justru melakukan tindakan anarkis.
Massa sempat menyerang pos polisi di Jembar dan Polsek Banjar, sebelum akhirnya bergerak menuju Kantor DPRD Kota Banjar untuk melakukan perusakan. Aparat gabungan kemudian berhasil mengamankan sejumlah pelaku. Hingga kini, jumlah pelajar yang diduga terlibat masih terus bertambah. (*)