Isikata – Gunung Api Purba Nglanggeran menjadi salah satu ikon wisata alam di Daerah Istimewa Yogyakarta. Terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, gunung ini terbentuk sekitar 60–70 juta tahun lalu pada era tersier (Oligo-Miosen). Karakteristik geologinya yang unik, didominasi aglomerat dan breksi gunung api, menjadikannya destinasi favorit bagi pecinta alam maupun wisatawan umum.
Legenda Gunung Nglanggeran
Selain keindahan alamnya, Gunung Nglanggeran juga menyimpan cerita rakyat yang masih dipercaya warga hingga kini. Nama “Nglanggeran” diyakini berasal dari kata nglanggar yang berarti melanggar. Konon, dahulu ada penduduk desa yang merusak wayang milik seorang dalang saat pesta panen. Dalang yang murka kemudian mengutuk warga menjadi wayang dan membuang mereka ke Bukit Nglanggeran.
Warga sekitar juga meyakini gunung ini dijaga oleh sosok Kyai Ongko Wijoyo serta tokoh pewayangan Punokawan. Pada malam tertentu seperti malam Tahun Baru Jawa atau Jumat Kliwon, beberapa orang kerap melakukan semedi di puncak gunung. Bahkan, di kawasan ini pernah ditemukan arca yang disebut mirip dengan tokoh sejarah Ken Dedes.
Pengalaman Mendaki
Untuk mencapai puncak Gunung Nglanggeran, pengunjung perlu menempuh perjalanan sekitar dua jam melalui jalur tanah dan lorong-lorong sempit di antara bebatuan besar. Meski jalurnya menantang, papan petunjuk dan tali bantu tersedia di beberapa titik sehingga memudahkan pendakian.
Puncak gunung menjadi spot favorit untuk menyaksikan matahari terbit maupun terbenam. Tak heran, banyak wisatawan memilih mendaki sore hari agar bisa menikmati panorama senja dari ketinggian.
Embung Nglanggeran, Ikon Baru Ekowisata
Selain gunung, daya tarik lain kawasan ini adalah Embung Nglanggeran. Bendungan kecil berbentuk telaga buatan di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut ini dibangun untuk menampung air hujan. Airnya dimanfaatkan warga untuk mengairi kebun buah kelengkeng, durian, hingga rambutan, sekaligus menjadi destinasi wisata.
Dengan luas sekitar 5.000 meter persegi, embung ini menawarkan pemandangan menawan, terutama saat matahari terbenam. Dari sini, wisatawan juga dapat melihat gagahnya Gunung Api Purba Nglanggeran dari sudut berbeda.
Pengelolaan dan Harga Tiket
Sejak tahun 1999, kawasan wisata ini dikelola Karang Taruna setempat. Namun, pengembangan signifikan terjadi pada 2008 ketika Badan Pengelola Desa Wisata Nglanggeran mengambil alih pengelolaan dan menambahkan berbagai fasilitas pendukung.
Harga tiket masuk per 1 Juli 2016 ditetapkan sebesar Rp15.000 pada siang hari, Rp20.000 pada malam hari, dan Rp30.000 untuk wisatawan asing. Dengan tarif tersebut, wisatawan dapat menikmati wisata alam sekaligus ekowisata yang dikemas dengan kearifan lokal.
Wisata Favorit Akhir Pekan
Keindahan panorama, nilai sejarah, hingga legenda yang melekat membuat Gunung Api Purba Nglanggeran menjadi destinasi populer bagi wisatawan, khususnya pencinta pendakian dan wisata alam. Tak hanya menyuguhkan pesona geologi purba, kawasan ini juga menawarkan pengalaman budaya dan kearifan lokal yang khas.